KENDARI—LENSASATU.COM.|| Pemerintah Kota Kendari, di bawah kepemimpinan Wali Kota Siska Karina Imran, secara resmi memulai persiapan untuk mengikuti penilaian Adipura 2026 dengan target tertinggi, yakni Adipura Kencana.
Wali Kota Siska menegaskan bahwa persiapan kali ini dilakukan lebih serius dan terarah. Hal ini juga mendapat dukungan langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memberikan pendampingan khusus bagi Kendari.
Menurut Siska, Adipura bukan sekadar penghargaan simbolis, melainkan bukti nyata keberhasilan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam menghasilkan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari, Erlis Sadya Kencana, menjelaskan sejumlah indikator penting yang menjadi fokus. Salah satunya adalah penghapusan tempat pembuangan sampah (TPS) liar yang masih banyak ditemukan di sejumlah titik.
Selain itu, pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga menjadi perhatian serius. TPA ditargetkan harus sesuai standar sanitary landfill, dilengkapi dengan instalasi pengolahan lindi, pengelolaan gas metan, serta fasilitas alat berat yang memadai.
Dalam proses penilaian, beberapa aspek krusial akan dinilai, mulai dari dukungan anggaran, kesiapan sumber daya manusia serta sarana prasarana, hingga sistem pengolahan sampah dan kebersihan di lapangan.
Pemerintah Kota Kendari sendiri telah mengalokasikan anggaran lebih dari lima persen dari APBD untuk pengelolaan sampah. Jumlah ini melampaui standar minimal yang ditetapkan kementerian. Selain itu, dokumen Jakstrada dan rencana induk pengelolaan sampah juga sedang diselesaikan dan akan diperkuat oleh Bappeda pada tahun 2026.
Indikator lain yang mendapat perhatian adalah ketersediaan bank sampah di setiap kelurahan dan meningkatnya persentase sampah yang dikelola secara ramah lingkungan. Saat ini, pengelolaan sampah di Kota Kendari sudah mencapai lebih dari lima puluh persen, sedikit di atas standar minimal.
Cakupan layanan pengangkutan sampah juga terus ditingkatkan agar berada di atas angka tujuh puluh lima persen. Menurut Erlis, kondisi ini sudah mengarah ke target, meski masih ada titik-titik yang harus dibenahi.
Dalam penilaian lapangan nantinya, detail seperti kebersihan lingkungan, bebas gulma dan sampah liar, tidak adanya pembakaran sampah, kualitas drainase, penghijauan, serta implementasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) akan menjadi tolok ukur utama.
Editor: Red