KENDARI—LENSASATU.COM.||Kegiatan Orientasi Studi Dasar-dasar Islam dan Kemuhammadiyahan (OSDIK) mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah (UM) Kendari, Senin (15/9/2025), diwarnai aksi demonstrasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama seluruh BEM Fakultas dan sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Massa aksi melakukan pembakaran rompi Kuliah Kerja Amaliah (KKA) sebagai simbol kekecewaan atas kebijakan kampus.
Selain membakar rompi, mahasiswa juga berorasi dan membentangkan spanduk kekecewaan terhadap fasilitas dan pelayanan kampus.
Ketua BEM UMK, Ruslan, menegaskan perjuangan mahasiswa tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi terciptanya kampus yang transparan dan inklusif. “Kami berjuang demi universitas, tapi birokrasi justru mengkhianati semangat itu dengan kebijakan yang jauh dari aspirasi mahasiswa,” ujarnya.
Aksi ini juga dipicu dugaan pemotongan dana KIP Kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) serta ketidakjelasan anggaran untuk baju Rompi KKA, baju olahraga. Ketua BEM FPIK, Muhammad Rizal, menilai dana yang bersumber dari mahasiswa semestinya digunakan maksimal untuk kebutuhan mereka, bukan dialihkan untuk kepentingan birokrasi.
12 Tuntutan tersebut antara lain:
• Mendesak Panitia OSDIK mengubah sistem pelaksanaan OSDIK dengan melibatkan lembaga kemahasiswaan secara aktif.
• Mendesak Rektor melibatkan lembaga kemahasiswaan UMK dalam setiap kegiatan sebagai wujud transparansi dan partisipasi aktif.
• Menuntut transparansi alokasi dana kegiatan mahasiswa (KKA, Magang, Baju Olahraga, dll.) dari seluruh pimpinan secara berkala.
• Mendesak transparansi regulasi KIP-Kuliah serta pembinaan yang belum jelas, termasuk dugaan penggelapan dana oleh salah satu dekan.
• Mendesak Rektor memperbaiki portal Sistem Informasi Manajemen Akademik (SIMAK) agar bisa diakses di luar jaringan wifi kampus.
• Mendesak Rektor memfasilitasi sekretariat khusus bagi lembaga kemahasiswaan UMK (BEM, UKM, HMPS, dan komunitas).
• Mendesak pengadaan kursi baru di seluruh fakultas, khususnya kampus lama yang masih menggunakan kursi sejak 2005.
• Mendesak Rektor memperbaiki akses lift kampus, terutama pada hari kerja (Senin–Jumat).
• Mendesak Rektor menindak dosen yang tidak disiplin serta memberikan penilaian tidak objektif, dan meminta transparansi akademik.
• Mendesak pihak kampus membentuk tim pendampingan psikologis bagi korban pelecehan seksual (mahasiswa KKA, dll.) sebagai bentuk perlindungan.
• Mendesak Rektor memperbaiki dan menambah ruang kelas karena masih ada prodi yang berebut ruangan di kampus lama (FISIP, FT, FAPERTA, FPIK, dll.).
• Mendesak Badan Pembina Harian (BPH) mencopot Rektor (beserta jajaran) yang mempersulit penerbitan SK dengan alasan tidak logis.
• Mendesak BPH mencopot Rektor yang dianggap tidak kompeten memberdayakan lembaga kemahasiswaan, termasuk kasus pelantikan UKM Seni yang seharusnya menjadi kewenangan Rektor, bukan lembaga setara (Korkom).
Meski aksi berlangsung dengan pembakaran atribut dan orasi keras, situasi tetap kondusif. Panitia OSDIK melanjutkan agenda penyambutan maba, sementara Rektor UM Kendari, Prof. Muhammad Nurdin, akhirnya memberi ruang dialog dengan 8 perwakilan mahasiswa di ruang rektorat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi pihak rektorat terkait 12 tuntutan mahasiswa tersebut.
Redaksi : Ahmad
Editor : Al Ghazali