KENDARI—LENSASATU.COM.|| Wakil Wali Kota Kendari, Sudirman, membuka secara resmi kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik Pertanian tahun 2025 yang digelar di Aula Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO), Rabu (17/9/2025).
Dalam sambutannya, Sudirman menegaskan bahwa bencana hidrometeorologi merupakan salah satu bencana yang kerap melanda wilayah Indonesia. Ia menyebutkan bahwa kondisi iklim yang semakin dinamis menuntut semua pihak untuk lebih waspada dan sigap dalam melakukan antisipasi.
Menurutnya, tren fenomena bencana hidrometeorologi di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi tantangan serius, khususnya bagi sektor pertanian yang sangat bergantung pada kondisi cuaca dan iklim.
Sudirman mengingatkan bahwa pada tahun 2023 lalu, Sulawesi Tenggara pernah mengalami musim kemarau disertai dengan fenomena El Nino dalam fase moderat. Dampak dari kejadian tersebut menimbulkan berbagai bencana, mulai dari kekeringan, puso atau gagal panen, kebakaran hutan, kabut asap hingga meningkatnya kasus penyakit ISPA.
Ia menambahkan, bencana yang terjadi hampir di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara itu menjadi pelajaran berharga agar pemerintah dan masyarakat lebih siap menghadapi risiko perubahan iklim di masa mendatang.
Dalam kesempatan itu, Wakil Wali Kota Kendari juga mengungkapkan prediksi BMKG terkait awal musim kemarau di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data, musim kemarau secara umum diperkirakan akan berlangsung pada Juli hingga Agustus, sementara puncaknya diprediksi terjadi pada Oktober 2025.
“Informasi dari BMKG ini menjadi dasar kita untuk melakukan persiapan antisipasi terhadap dampak musim kemarau, khususnya bencana hidrometeorologi,” ujarnya menekankan.
Sudirman berharap kegiatan SLI Tematik Pertanian ini dapat memberikan manfaat nyata bagi para peserta, terutama penyuluh pertanian dan petani di Kota Kendari, agar mereka mampu mengelola risiko perubahan iklim yang semakin kompleks.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Tenggara, Aris Yunatas, menyampaikan bahwa kegiatan SLI Tematik ini sangat penting dilaksanakan. Menurutnya, sektor pertanian merupakan salah satu yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
“Melalui kegiatan ini, kita bisa bersama-sama meningkatkan kapasitas dalam menghadapi risiko dan dampak perubahan iklim yang begitu dinamis,” kata Aris.
Ia menegaskan, kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, BMKG, dan para petani merupakan kunci untuk memperkuat ketahanan pangan serta meminimalisir dampak kerugian akibat perubahan iklim.
Untuk diketahui, kegiatan pembukaan SLI Tematik Pertanian tahun 2025 ini turut dihadiri Dekan Fakultas Pertanian UHO, Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari, serta Koordinator BMKG Sulawesi Tenggara.
Editor: Red