LENSASULTRA.ID – Komnas KIPI akan melakukan audit bersama Komda terkait guru SMP di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, bernama La Hinu yang meninggal dunia usai disuntik vaksin COVID-19, Kamis (20/5). La Hinu diketahui berusia 59 tahun dan memiliki riwayat diabetes, sehingga kematiannya diduga bukan karena vaksinasi.
Komnas dan Komda akan mengkaji lebih dalam penyebab kematian La Hinu saat rapat audit, Senin (24/5).
“Menurut Ketua Satgas COVID-19 Sultra, [La Hinu] wafat bukan disebabkan vaksinasi. Komda Sultra dan Komnas akan audit bersama besok pukul 13.00 secara online,” kata Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari, Minggu (23/5).
Sebelumnya, La Hinu divaksin dengan vaksin Sinovac di SMPN 1 Kota Baubau tempatnya mengajar. Anaknya, Rahmat Hidayat, mengatakan La Hinu dalam kondisi baik-baik saja saat tiba di rumah usai menjalani vaksinasi, namun selang beberapa jam kemudian tidak sadarkan diri.
“Usai divaksin, tiga atau empat jam bapak sudah tak sadarkan diri, dibawa di rumah sakit, kata dokter denyut jantung sudah tidak ada,” kata Rahmat kepada wartawan dilansir kendarinesia.id.
“Pulang sekolah bapak kondisinya baik dan minta makan juga, dan istirahat. Saat istirahat tiba-tiba sesak nafas, batuk, kemudian tidak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit,” lanjutnya.
Pihak keluarga menyesalkan tindakan tim medis yang memvaksinasi La Hinu, padahal ia memiliki riwayat penyakit diabetes yang diderita selama 15 tahun terakhir ini. Rahmat mempertanyakan apakah prosedur skrining La Hinu sebelum divaksin sudah benar.
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Kota Baubau, Lukman mengatakan, almarhum La Hinu telah menjalani proses skrining sebelum divaksin.
“Yang bersangkutan (La Hinu) menandatangani persetujuan pemberian vaksinasi dan pos vaksinasi melakukan pemantauan 20 sampai 30 menit, tidak ada kejadian yang ikutan yang dilaporkan,” ungkap Lukman.
Lukman menyebut kadar gula La Hinu terkontrol saat diskrining. Ia pun membantah bahwa kematian La Hinu ini diakibatkan oleh vaksinasi COVID-19 yang dijalani.
Sementara itu, Hindra menerangkan La Hinu sudah melewati proses skrining sesuai panduan. Ia mengingatkan, diabetes dapat mengakibatkan kematian meski skrining bagus, pun dengan atau tanpa vaksinasi.
“Diabetes dapat mengakibatkan kematian tanpa atau melalui skrining, dengan atau tanpa vaksinasi. Skrining sudah dilakukan sesuai panduan, namun karena istilahnya skrining, maka tidak semua keadaan dapat dideteksi,” kata Hindra kepada kumparan, Minggu (20/5).
Lebih lanjut, Hindra menerangkan sebetulnya orang dengan diabetes, meski tidak terkontrol, tak akan kenapa-kenapa setelah divaksin.
Namun, vaksinasi ditujukan bagi orang sehat. Sehingga proses skrining dilakukan untuk memastikan peserta vaksinasi sehat.
“[Meski tidak terkontrol] biasanya tidak terjadi apa-apa. [Tetapi] vaksin adalah upaya pencegahan, jadi direkomendasikan untuk diberikan pada orang sehat. Salah satu upaya menentukan sehat adalah dengan skrining,” pungkas dia.
Editor : Tasbih