MEDAN,LENSASATU.COM-Prof.Dr. Faisar Ananda Arfa, MA, seorang akademisi alumni salah satu universitas tenama di Kanada dan pernah menjadi kandidat Rektor UIN-SU tahun 2020 kemarin. Beliau seorang peneliti dan banyak menulis tentang metologi ilmu Islam dan dan kajian Islami dari sisi hukum dan logika dalam kerangka berfikir (kontemporer).
Beliau juga banyak mengisi pengajian tentang kajian pemahaman tafsir Al-Qur’an. Dalam ceramahnya beliau tidak ingin di panggil “ustadz”. Penyampaiannya lugas, ringan dan tidak berbelit-belit, sehingga setiap kajian menarik jamaah yang ramai. Kajian tafsir hari Jumat malam ba’da Isya ini membahas tentang Surah Ali Imran ayat 13. Tanggal 8/1/22, bertempat di Masjid Taqwa Muhammadiyah jalan Marelan 4 Pasar 3 Timur, Rengas Pulau Medan Marelan, Kota Medan.
Pada terjemahan Al-Qur’an surah Ali Imran : 13 kutipannya sebagai berikut, “Sungguh telah ada (bukti) bagimu pada dua golongan yang bertemu (dalam pertempuran) . Satu golongan berperang di jalan Allah dan (golongan) lainnya kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan) muslim dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan siapa yang Dia kehendaki dengan pertolongan-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang punya penglihatan (mata hati)”.
Dua golongan dalam ayat itu salah satunya adalah golongan orang yang beriman. Orang beriman dalam persepsi Prof. Faizar adalah orang yang berani dan cerdas. Bayangkan pada saat perang masa itu mengharuskan proses panjang. Membutuhkan orang-orang handal dalam dunia spionase, orang-orang yang mempunyai strategi perang dan struktur kepemimpinan yang berjenjang dari mulai Panglima, Jenderal, sampai kepada pasukan berbagai divisi dari mulai kaveleri sampai pasukan berani mati.
Tidak selamanya dalam tafsir ayat ini seolah-olah adanya “Jihad fisabilillah” sebagai pendorong perang tetapi lebih kepada “kepentingan hegemoni” siapa yang layak dihormati pada perang Badar di tahun ke dua Hijriyah. “Keuntungan perang Badar yang gemilang dimenangkan ummat Islam dan jika dikurskan dengan nilai rupiah harta rampasan perang sekitar 200 milyar. Dan ⅕ pampasan perang adalah milik Rasulullah SAW”, ujar prof. Faizar.
Jadi adalah persepsi yang sangat salah jika menganggap Rasulullah itu miskin. Dalam prakteknya, bagian Nabi SAW selalu tidak pernah sampai bertimbun dirumahnya sebagai aset, semua diserahkan tak bersisa pada fakir miskin hingga apa yang ada pada Rasulullah tidak pernah bersisa.
“Coba anda bayangkan berapa besar dan banyaknya biaya perang. Biaya untuk pasukan, persenjataan, akomodasi, perlengkapan dan peralatan, pakaian perang termasuk ala-alatnya dan lain-lain. Itu saja sudah membuktikan seorang yang jadi pemimpin dan pengatur ritme perang sudah pasti punya keuangan minimal kemampuan untuk mengerahkan orang-orang punya satu tujuan untuk perang”, ujar beliau menjelaskan secara kontemporer.
Menyangkut tentang jumlah yang ikut berperang pada perang Badar, di pihak muslim berjumlah 300-an dan pihak kafir Quraisy berjumlah 1000-an. “Pada kalimat , “….mata kepala yang melihat (golongan) muslim dua kali lipat…” mengandung makna sesungguhnya Allah membuat pemandangan kaum kafir bahwa jumlah Muslim yang hanya berjumlah 300-an menjadi 2000-an (2 x lipat) dari jumlah mereka sendiri”, tukas Prof. Faisar.
“Adapun demikian sebaliknya bagi golongan muslim itu sendiri yang memandang “seolah-olah” jumlah kafir saat itu “sama” berimbang jumlahnya dengan golongan muslim itu sendiri. Jadi tidak ada sama sekali pemahaman sebagian ulama yang menyatakan bahwa “turun” tentara langit membantu peperangan tersebut”, ujarnya.
Pada kalimat akhir tentang,”Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar pelajaran bagi orang-orang yang punya penglihatan (mata bathin)” mengandung tafsir bahwasanya Allah memberikan suatu karunia bagi muslim yang berperang dengan menumbuhkan semangat (spirit) rohani karena semangat jihad itu Allah beri nikmat kesabaran dan keteguhan iman. Hal ini disebabkan pihak muslim melihat jumlah yang sama. Di sisi golongan kafir yang “melihat” jumlah Muslim yang 2 x lebih banyak dari golongan kafir Quraisy membuat hati mereka gentar dan “kalah” sebelum berjuang dengan sebenarnya”, pungkasnya menutup kajian pemahaman tafsir.
Reporter : Rudi Hartono
Editor. : Ainun