WAKATOBI, LENSASATU.COM- Hebatnya seorang wanita, dalam kondisi mendesak bisa langsung berpikir cepat dan tepat untuk mencari solusi dari segala keterpurukan. Salah satu contohnya, sosok wanita tangguh ini, Wa Sungke, yang merupakan orang kedua di Wakatobi.
Kelangkaan minyak goreng di sejumlah daerah, membuat masyarakat kalang kabut hingga kehilangan akal mencari pasokan. Harga melambung tinggi membuat dompet ikut menjerit. Lantas apa yang harus kita lakukan?
Apakah hanya sekedar memantau?
Atau memberikan suatu harapan semu pada masyarakat, untuk menunggu dan menanti?
Wa Sungke menjawab dengan tindakan langsung. 15 Maret 2022 di Desa Tindoi, para masyarakat setempat bersama Wa Sungke mencoba bergerak dengan langkah awal mengangkat kearifanlokal memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mengelola kelapa menjadi minyak goreng.
Selama ini, masyarakat Wakatobi tentu tidak asing dengan proses Honenga atau pembuatan minyak dari kelapa tua. Kelapa tua yang bisa didapatkan dimana saja di wilayah pesisir. Rasa minyak goreng komersil pada umumnya memang berbeda, pastinya lebih nikmat minyak Honenga ini. Mengingat masa dulu, saya selalu menyantapnya dengan nasi bak citarasa nasi goreng kampung.
Tak hanya itu, sisa Honenga dari sari kelapa yang dipanaskan bisa juga dikonsumsi nikmat dengan kasoami. Artinya olahan minyak kelapa ala kearifanlokal ini tidak akan menghasilkan limbah kimia yang merusak lingkungan.
Manfaat ekonomi pun bisa didapatkan, selain menghemat, masyarakat setempat bisa menjadikan ini sebagai ladang bisnis. Dimana minyak kelapa kearifanlokal bisa dipasarkan secara lokal ataupun nasional.
Salut atas kerja nyata dan solusi yang tepat ditawarkan.
Wa Sungke panggilan akrab Wakil Bupati Dua Periode Wakatobi. Ibu yang sederhana dan penuh motivasi, kesederhanaan yang melampaui zamannya. Tetap bekerja, kami akan memberikan apresiasi terbaik atas semua karya yang ibu baktikan.
Editor: Sudiman
Editor: Agustian