Kajian Jum’at Subuh : Taubatlah Sebelum Terlambat

MEDAN,LENSASATU.COM- Seperti biasanya pada hari Jum’at ba’da Subuh di Masjid Baitur-Rahman Jalan Marelan VI Pasar 2 Timur Lingkungan 24, Rengas Pulau, Medan Marelan berketetapan pada tanggal 4/2/22, diadakan tausiyah agama yang mengambil tema, “Bertaubatlah Sebelum Terlambat”, yang dibawakan oleh Al-Ustadz Antony Tanjung, SHI, SPdi selaku penceramah tetap hari Jum’at pagi.

Al-Ustadz Antony, juga seorang Staff pengajar di salah satu yayasan pendidikan. Selain itu beliau kerap mengisi beberapa pengajian di Masjid dan musholla. Tak ketinggalan di majelis taklim dan jua di pengajian komunitas kelompok tertentu yang berbasis agama Islam.

“Bicara taubat itu bicara tentang kesadaran spritual manusia yang merasa tingkat kesalahan yang membawa pada dosa akan mengalahkan tingkat amal kebajikan yang menghasilkan pahala, “Ujarnya membuka tausiyah pagi ini.

Pada dasarnya manusia itu tempat salah dan dosa. Sebagaimana Adam AS melakukan dosa saat digoda Iblis Laknatullah. Karena disebabkan taubatlah maka Allah memuliakan Adam AS, setelah muncul kesadaran spritual ya tentang kesalahan melanggar syariat.

Dalam Surat Az-Zumar : 53 yang artinya : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa terhadap Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Esensi taubat itu menyadari kesalahan dan dosa lalu berhenti dan menyesal melakukannya, berniat tidak mengulangi perbuatan yang sama di masa depan dan mengembalikan hak atas apa yang telah di rampas untuk dikembalikan kepada yang berhak, maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan syarat-syarat taubat.

BACA JUGA :  Milad IMM Ke-60 Tahun, PC IMM Kota Kendari Gelar Dialog : Ini Pesan Para Pembicara

Rasullullah SAW pernah bersabda, “Setiap anak Adam pernah melakukan dosa dan sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertobat (dari kesalahan tersebut)”. (Hadits Riwayat Al Hakim). Amr Bin Ash pernah di tanya tentang Taubat Nasuha, maka Ia menjawab, “Tobat Nasuha itu adalah bilamana kamu membenci sebuah perbuatan dosa sebagaimana engkau sangat mencintainya”.

Menumbuhkan rasa takut dan selalu memelihara dan menjaganya agar tetap melekat dalam hati Sanuri dan perbuatan terhadap melakukan hal yang berdosa, menciptakan pribadi yang agung, Istiqomah dan tawadhu. Tentunya takut disini menyangkut tentang ketakutan atas dosa dan kesalahan sekecil apapun dosa itu diperbuat kemudian tidak pernah dan tidak ingin masuk dalam perbuatan yang sama. Orang-orang beriman memandang dosa itu ibarat gunung yang dibebankan kepundaknya hingga ia menyeret dosa tersebut sampai hari kiamat sebelum dia menyesal dan bertaubat. Sedangkan orang-orang yang kufur menganggap seolah-olah dosa itu ibarat seekor lalat yang hinggap di pangkal hidungnya yang ketika di tiup seketika dosa itu beterbangan entah kemana.

Kelalaian atau alpa untuk menjaga dari perbuatan dosa atau dapat menimbulkan dosa juga suatu hal yang dianggap tidak bisa memelihara diri dari pedihnya Azab Allah Azza wa Jalla. Kita ketahui bersama bahwa orang-orang yang lalai dalam sholat kelak akan mendatangi neraka Wail. Taukah saudara bahwasanya neraka Wail itu terletak di tengah-tengah berkata jahannam. Dikisahkan bahwasanya Neraka Jahannam akan merasa kepanasan ketika munculnya api yang menyala dari neraka Wail. Jadi sungguh tidak terbayangkan betapa neraka Wail itu panasnya beberapa kali lipat dari neraka Jahannam yang sudah sangat panas. Dan itu diperuntukkan bagi orang yang “lalai” bahkan ketika dia melaksanakan sholat.

BACA JUGA :  MA Indotec Muhammadiyah Kendari, Sukses Menggelar Field Trip ke Museum dan Taman Budaya Sultra

Adapun cara-cara manusia tetap dalam upaya penghindaran dosa atau jauh dari dosa adalah sebagai berikut. Pertama, “Setiap hari melakukan muhasabah diri”. Hisablah dirimu sendiri akan kesalahan, perbuatan ataupun ucapan yang bisa jadi hal itu akan membawa dosa. Istighfar dan puji Allah, tempatkan hakmu selaku insan dan hamba dan beribadah lah karena hak Allah untuk diibadahi.

Kedua, “Selalu mengingat alam kubur yang sangat gelap dan tak ada kawan yang bersedia menemani”. Dengan ingat kematian dan gelapnya kubur setelah kehidupan menjadi motivasi kita disaat menjelang tidur agar kita mengetahui taat apa yang belum dilakukan sebelum kita “mati” saat tidur. Pedihnya Azab kubur dan ketakutan luar biasa ketika pertama kali memasukinya menumbuhkan rasa “takut” untuk melakukan dosa atau hak yang menimbulkan dosa.

Ketiga, “Selalu ingat tentang kematian”. Bukankah Rasulullah telah mengingatkan kita untuk mempersiapkan bekal kelak menghadapi kematian. Karena kematian itu ibarat perjalanan yang jauh dan melelahkan. Bahkan lebih panjang dan lelah dari perjalanan yang siapapun pernah menempuh perjalanan panjang di dunia ketika hidup.

BACA JUGA :  PWM Sultra Gelar Pengajian Ramadan Sesi-II, Ini Penyampaian Pemateri

Keempat, “Menyadari hakekat kehidupan dunia itu hanya sementara sementara akhirat untuk selamanya”. Menumbuhkembangkan pemikiran dan kesadaran apa yang selama ini kita kejar, cari dan pertahankan di dunia, kelak akan kita tinggalkan, sebanyak apapun itu, sebagus apapun karya atau harta benda kita, sehebat apapun titel, jabatan dan kekuasaan kita, toh itu kelak ditinggalkan tanpa sisa tak ada sedikitpun itu yang bisa menjadi tameng atau pelindung kita menghadapi hari akhir. Maka, sejak sekarang ayo kita manfaatkan segala kelebihan dan keutamaan kita didunia untuk bekal akhirat. Jadikan semua harta benda dan kedudukan kita jadi ladang pahala dan sedekah jariah sebagai bekal kelak menghadap Allah Yang Maha Perkasa.

Firman Allah pada surat Al A’la/87/17 dengan jelas menyatakan kehidupan yang kekal dan abadi adalah kehidupan akhirat. Bunyi dari ayat tersebut adalah artinya, “Padahal kehidupan akhirat itu yang baik dan kekal”. “Maka dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk menasehati saya pribadi dan para jamaah sekalian, semoga kita semua selalu mempersiapkan bekal dalam perjalanan yang kita tidak ketahui apakah besok atau lusa atau bahkan satu detik kemudian, maka sebaik-bekal itu adalah “ketaatan kepada Allah dan selalu bertaubat sebelum ajal menjemput”, “ujar Antony menutup tausiyah di pagi hari Jum’at.

Reporter : Rudi Hartono
Editor : Agustian

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.