MEDAN, LENSASATU.COM – Baru-baru ini di media sosial dibuat heboh karena kemunculan virus NeoCov.
Banyak spekulasi yang muncul sehingga menimbulkan kepanikan.
Terkait masalah NeoCov, Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman Indonesia menyebutkan jika di dunia ini banyak sekali virus.
Setidaknya hanya sekitar 1,6 juta dideteksi di dunia.
Lalu setengah dari 1,6 juta jenis berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.
“Dan setengahnya atau sekitar 800 ribuan jenis virus itu, baru diketahui oleh manusia kurang dari 1 persen. Kurang dari 1 persen itu ada virus HIV, ebola, Sars, MERS dan termasuk SARS-CoV-2,” ungkap Dicky.
Dan NeoCov, kata Dicky bukanlah termasuk virus baru dan sudah dideteksi pada tahun 2013-2014.
Lebih dari 8 tahun lalu, NeoCov ditemukan di Afrika Selatan.
NeoCov ditemukan oleh riset dunia saat kemunculan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang menghantam dataran Arab sana.
Ketika MERS itu ada, kelelawar diduga menjadi sumbernya. Dicari sumber kemana, sumbernya di cari ke Afrika Selatan. Terdeteksi namanya NeoCov itu. Virus itu ada di hewan dan tidak menginfeksi manusia,” kata Dicky menambahkan.
Virus ini kata Dicky pun tidak bisa membunuh orang.
Sebagai informasi tambahan, Dicky menyebutkan jika kelelawar membawa banyak virus Corona.
“Sekarang baru satu menyebabkan penyakit. Potensi banyak sekali, mayoritas virus itu di kelelawar itu tidak, atau belum lompat menginfeksi manusia. Sejak saat itu dilakukan riset, mengamati karakter dari virus ini yang ada di hewan mamalia ini,” papar Dicky lagi.
MERS Cov kala itu membunuh hampir 866 orang dengan angka mortalitas hingga 34 persen.
Karenanya dari dunia medis butuh penelitian dan riset untuk upaya pencegahan.
Penelitian yang dilakukan 2013 pada NeoCov ini karena dianggap serupa dengan MERS Cov.
Tapi ternyata ada perbedaan reseptor, MERS Cov bisa menginfeksi karena bisa menempel pada manusia.
Dan NeoCov ini ditemukan di mamalia atau kelelawar, dan bisa menempel di reseptor ACE.
Namun sejauh ini belum ditemukan bisa menempel pada manusia yang merupakan reseptor ACE2.
Diprediksi berbahaya. Ini baru spekulasi dari peneliti. Jika virus ini berubah, bermutasi, kuncinya masuk reseptor ACE 2 manusia itu yang jadi bahaya. Seperti MERS kematian tinggi, parah. Itu hipotesia atau spekulasi yang salah dipersepsikan,”pungkasnya.
Reporter : Syafruddin
Editor : Agustian